Cari Artikel

Loading

Batu hitam penyedot penyakit

assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh info barang berhasiat
Batu hitam penyedot penyakit.
batu ini bukan Batu dari planet lain,bukan batu dari petir,bukan batu dari dunia lain.
Batu hitam penyedot penyakit ini sangat ampuh untuk menyedot penyakit,mulai penyakit yang alami (bukan dari sihir) sampai yang timbul karna sihir manusia manusia hasut maupun sihir dari jin.
banyak orang yang membuktikan kemampuan batu hitam penyedot penyakit ini,mulai dari daerah probolinggo sendiri sampai jakarta dan sumatra sudah banyak yang merasakan hasiatnya,bahkan dari malaysia tidak sedikit yang sudah tahu kehebatan batu ini.
anda pasti bertanya tanya,batu apa itu gerangan!
jawabannya hanyalah batu hitam yang banyak bisa kita dapati dijalan jalan pedesaan.
loh kok bisa?!
bisa saja,wong batuya sudah dibacain doa doa dan ayat ayat al-qur'an.
siapa yang punya batu tersebut?
yang mempunyai batu tersebut dan yang mengijazahkan adalah kyai muhammad mughits pengasuh pondok pesantren sirojul islam kebonagung kraksaan probolinggo jawa timur.
anda tertarik ingin berikhtiyar mengobati penyakit anda atau penyakit keluaga anda?
langsung berkunjung ke kediaman beliau.insya allah dengan izin tuhan penyakit anda akan segera hilang.
semoga info ini ada manfaatnya terima kasih sudah berkunjung wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.


ULAMA’ YANG ISTIMEWA DI ZAMAN MODERN
BEBERAPA KAROMAH KH.AHMAD SIROJ MUNIR
kyai haji ahmad siroj munir
alhabib muhammad bin ahmad
pengertian biografi
biografi al imam al ghazali
kyai muhammad mughits
read more

ULAMA’ YANG ISTIMEWA DI ZAMAN MODERN

ULAMA’ YANG ISTIMEWA DI ZAMAN MODERN

Ini sedikit riwayat tentang seorang ulama’ yang sangat ‘alim tapi kurang terkenal dinegara ini,

Beliau lahir dijawa timur,kabupaten probolinggo,kacamatan krejingan desa dahuwan,

Nama kecilnya AHMAD SIROJ MUNIR,

Setelah dewasa beliau masyhur dengan panggilan kiyai munir khazin,

Nama dan gelar lengkapnya: KH.AL-IMAM.AL-WAJIH AHMAD SIROJ MUNIR AZMAT KHAN BIN KH.AL-IMAM M.KHAZINUDDIN BIN KH.AHWARUDDIN.

Dimasa modern ini beliau adalah ULAMA’ yang sangat ‘alim,mulai para kiyai,ulama’ dan para tokoh tokoh islam dan para tokoh masyarakat mengakui akan ke’alimannya,

Saking ‘alimnya sampai sampai kalau ada bahtsul masa’il para ulama’ pasti menyerahkan pada beliau untuk memutuskannya

Kalau ada masalah masalah yang mutsqil sering kali para ulama’ ulama’ itu larinya kepada beliau,itu karna beliau memang benar benar ‘alim ,ke’alimannya bukan hanya dalam masalah agama saja tapi diluar agama pun sangat ‘alim,

Karangan kitab kitabnya lebih dari 300 kitab,beliau malah berijtihad sendiri,baik dalam ilmu figh,nahwu dan lain lain.

Beliau pendiri pondok pesantren sirojul islam dan pondok pesantren sirojul ibad,

Beliau juga pendiri ORMAS ITTIHADUL ULAMA’ dan pendiri ITTIHADUSY SYU’RA’.

Beliau juga sangat luar biasa dalam ilmu hikmah,banyak sekali orang orang yang suan kepada beliau untuk mendapatkan doa barokah,agar selamat dari bahaya,ada juga yang untuk selamat dari senjata tajam [kebal],

Ada juga yang untuk melariskan dagangan,memajukan perusahaan dan lain lain.

Beliau sangat teguh dalam perjuangan,sangat bijak baik kepada masyarakat maupun kepada para santrinya,


SEBAGIAN KISAH KAROMAHNYA KH.AHMAD SIROJ MUNIR.

Banyak yang mengisahkan bahwa beliau sering kali bisa membaca fikiran atau pun hasrat yang ada dihati,kalau akan pergi untuk suan kepada beliau,banyak orang orang itu bertawassul dulu dan menjaga matanya dari maksiat maksiat,

Karna sering kali kh.ahmad siroj munir langsung memberi nasehat agar tidak banyak melakukan maksiat,karna itu banyak masyarakat yang sungkan sembarangan menghadap beliau,

Beliau juga sering menyembuhkan orang sakit langsung pada waktu itu juga,yang pastinya dengan seizin ALLAH SWT.

Pernah juga beberapa orang pernah menyaksikan beliau melewati sungai dan ikan ikan yang ada disungai tersebut langsung berkumpul mengikuti beliau,tidak heran kalau masyarakat muncar juga banyak yang suan kepada beliau,

Dan para santri beliau juga banyak yang kebal,bahkan sebagian santrinya juga pernah dikirim keKUPANG untuk mengisi dan memberi ijazah kepada kaum muslim disana,karna waktu itu kaum muslim disana ditindas oleh kaum kristiani,

Bahkan ada beberapa santri senior beliau yang bukan hanya kebal dari pedang, parang dan senjata tajam lain,tapi juga kebal dari senjata api,bahkan ada yang tidak apa apa walau dibakar,

Beliau juga ahluth thariqah,thariqah yang beliau amalkan sangatlah banyak, diantaranya thariqah QADIRIYAH,NAQSABANDIYAH,TIJANIYAH,BA’ALAWIYAH dan lain lain.

Beliau juga seorang mursyid,jadi sebenarnya laqab yang cocok buat beliau bukan hanya kiyai haji,al imam,alwajih, tapi seharusnya ada tambahan almujtahid,almursyid,almujahid.

Beliau juga mengajarkan pada sebagian santrinya thariqah ahmadiyah,yang mana thariqah ahmadiyah ini khusus bagi pemula agar tidak terlalu berat,karna thariqah ahmadiyah ini tergolong mudah dan wiritannya tidak terlalu banyak,

Adapun silsilah beliau juga nyambung sampai RASULULLAH SAW,

Dan sebagian besar dari keluarga beliau menjadi ulama’ semua,

Dua adik kandung beliau juga mendirikan pondok pesantren,beberapa adik sepupunya juga begitu,keluarga besarnya ada dua nama yaitu: BANI DAUD dan BANI QAMARIZ ZAMAN.

Bersambung…
artikel terkait:

BEBERAPA KAROMAH KH.AHMAD SIROJ MUNIR
kyai haji ahmad siroj munir
kyai muhammad mughits
read more

BEBERAPA KAROMAH KH.AHMAD SIROJ MUNIR

BEBERAPA KAROMAH KH.AHMAD SIROJ MUNIR (bagian satu)

KH.AHMAD SIROJ MUNIR,sangatlah banyak memiliki karomah.

Karomah KH.AHMAD SIROJ MUNIR,bagian satu ini,di angkat dari beberapa penuturan para tamu KH.AHMAD SIROJ MUNIR dan sahabat sahabat beliau.

1.KH.AHMAD SIROJ MUNIR,TIDAK BISA DILIHAT (BISA MENGHILANG).

Pernah ada tamu beliau yang sudah sering pergi untuk minta do’a barokah pada beliau,menuturkan,bahwa: pada suatu waktu dia bertamu,saat berbincang bincang dengan KH.AHMAD SIROJ MUNIR,tau tau KH.AHMAD SIROJ MUNIR hilang,yang ada hanya suara dan aroma minyak wangi beliau saja,si tamu kaget bukan kepalang,tapi suara KH.AHMAD SIROJ MUNIR menyuruhnya untuk tenang,

Terdengar suara beliau “jangan takut,saya tidak kemana mana,saya ada di depanmu,saya hanya bermaksud memperlihatkan kekuasaan ALLAH dan ilmu ALLAH kepadamu,maka dari itu kamu jangan suka berbuat maksiat,karnah ALLAH bersama kita,ALLAH maha melihat dan maha mendengar”.

2.KH.AHMAD SIROJ MUNIR DI IKUTI SEMUA IKAN YANG ADA DI SUNGAI TEPI TAMBAK.

Pernah suatu ketika KH.AHMAD SIROJ MUNIR berjalan di tepi sungai di dekat tambak,waktu beliau berjalan,semua ikan berdatangan,bahkan banyak yang meloncat kedaratan,kejadian itu di saksikan oleh beberapa orang,di antaranya 5 sahabat dan 2 santri beliau.

Lalu beliau berkata,”ALLAH maha kuasa dan maha pengasih,saya baru saja mengamalkan ayat ayat yang berhasiat untuk mendatangkan ikan,baru satu minggu,oleh ALLAH sudah diberikan,sungguh ALLAH maha pengasih lagi maha pemurah,maka perbanyaklah kalian berdzikir dan berdo’a kepada ALLAH.

3.KH.AHMAD SIROJ MUNIR BERJALAN DI ATAS AIR.

Pernah salah satu tamu beliau yang juga sering berkunjung meminta do’a barokah pada beliau,namanya H.luthfi dari banten yang bertempat tinggal di Jakarta,menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri KH.AHMAD SIROJ MUNIR berjalan di atas air,seakan akan terbang.

H.luthfi waktu itu meminta bacaan agar bisa berjalan di atas air,lalu KH.AHMAD SIROJ MUNIR memberi do’a do’a kepadanya.

Dengan tanpa sengaja H.luthfi berkata, “apakah ilmu ini benar benar manjur kiyai?”

KH.AHMAD SIROJ MUNIR tersenyum sambil berjalan di atas air tambak,yang ada di sebelah timur pondok putri sirojul islam.

Setelah itu KH.AHMAD SIROJ MUNIR berkata,”apakah kamu masih meragukan ilmu ALLAH?ilmu ALLAH itu luas,ALLAH maha kuasa,sekarang tergantung makhluknya,apa makhluknya mau benar benar meminta kepadaNYA ,atau tidak”

Bersambung…
read more

kyai haji ahmad siroj munir

kyai haji ahmad siroj munir adalah pendiri pensantren sirojul islam,pesantren sirojul ibad,sirojud diyanah dan beberapa madrasah.
beliau juga adalah pendiri ittihadul 'ulama' dan pengurus thariqah muktabaroh.
kemasyhuran beliau terutama masalah ke'alimannya,bahkan beliau sampai berijtihad dalam beberapa ilmu.
kitab karangan beliau sampai lebih 300 kitab.
beliau ulama' yang sangat disegani khusunya di daerah kabupaten probolinggo jawa timur.
selain beliau terkenal dalam ke 'alimannya,ternyata kemasyhuran ilmu hikmahnya tidak kalah terkenalnya,bahkan sampai keluar negeri khususnya di malaysia dan saudi.
di antara kitab karangannnya yang sangat besar adalah:
albarohin
fathul khabir fi ilmil tafsir
nurul nadhim fi ilmil tafsir
nurul karim fi ilmit tafsir
sullamul ulum finnahwi wash sharfi
asasul 'arudl fi ilmil 'arudli
dan kitab kitab yang lain.

masih perlu kami lengkapi,di karenakan masih kekurangan nara sumber
artikel terkait:

kyai muhammad mughits
alhabib muhammad bin ahmad
read more

alhabib muhammad bin ahmad

alhabib muhammad bin ahmad atau alhabib muhammad bin ahmad adzmat khan adalah seorang keturunan RASULULLAH SAW yang mempunyai kepribadian yang sedikit aneh,yaitu jarang keluar dari kamar apalagi rumah,biasanya beliau hanya wirid dan wirid.
bahkan tamu saja kadang harus menanti dalam waktu lama untuk bisa menemuinya.
hizb karangannya yang cukup banyak yang membuktikan adalah awrodul ayyam.
alhabib muhammad bin ahmad ini banyak kesamaan dengan kyai muhammad mughits.
salah satu ijazah yang masyhur beliau ijazahkan adalah:
ayat kursi dibaca 1000x tiap tiap malam atau 170x tiap dan 1000x tiap malam jum'at.
kegunaannya untuk menggampangkan semua hal yang rumit,terkabulnya semua hajat dan ketinggiannya derajat
read more

pengertian biografi

pengertian biografi:
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
sebagai contoh anda bisa lihat contoh biografi tokoh islam dibawah ini:


biografi al imam al ghazali
kyai muhammad mughits
Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah
Biografi Kh Ahmad dahlan
KH. Abdullah Faqih
Biografi Kyai Abdul Hamid Pasuruan
biografi gus dur
semoga manfaat
read more

biografi al imam al ghazali

di bawah ini adalah biografi al imam al ghazali "yang saya copy dari wikipedia malaysia"
kenapa saya copy dari wikipedia malaysia?karna keterangannya lebih bagus wikipedia malaysia daripada wikipedia indonesia dan dasar dasarnyapun lebih kuat.
biografi al-imam al-ghazali
Abū Ĥāmid al-Ghazālī, (1058-1111) (Bahasa Parsi: ابو حامد محمد ابن محمد الغزالی) yang dikenali sebagai Algazel di Dunia Barat, adalah salah seorang ilmuwan Islam. Beliau juga merupakan seorang wali Allah yang besar dan lebih dikenali umum sebagai seorang tokoh pemikir Islam serta dianggapi sebagai al-mujaddid untuk kurunnya.
Nama penuhnya Muĥammad ibn Muĥammad ibn Muĥammad ibn Aĥmad, dan nama gelaran nisbahnya al-Ghazālī aţ-Ţūsī. Nama panggilannya (kunyah) pula Abū Ĥāmid. Di antara nama-nama gelaran lain yang telah diberikan kepadanya ialah Ĥujjatul-Islām, Sirāj al-Mujtahidīn dan Zain al-'Ābidīn.

Abū Ĥāmid al-Ghazālī dilahirkan pada tahun 450 Hijrah di desa Ghazālah, di pinggir kota Ţūs, yang terletak pada hari ini di bahagian timur laut negara Iran, berdekatan dengan kota Mashhad, ibu kota wilayah Khorāsān.

Keluarga Abū Ĥāmid al-Ghazālī kuat beragama. Ayahnya bekerja menenun kain dari bulu biri-biri. Hasil tenunan kainnya itu dibawa dari desa Ghazālah ke kota Ţūs untuk dijual di sana. Walaupun si ayah adalah seorang lelaki yang miskin, dia juga merupakan seorang yang jujur dan baik hati. Dia suka bergaul dengan al-'ulamā' dan juga para sufi sambil memetik ilmu-ilmu agama, serta berbakti dan berkhidmat kepada mereka. Kerana selalu mendampingi orang-orang yang berilmu dan sering pula mendengar uraian-uraian daripada mereka, si ayah telah merasa kesan positifnya, lalu berdoa agar dia dikurniakan seorang anak yang cerdik, berilmu dan juga şāliĥ. Doanya itu telah diperkenankan

Lahirlah anaknya yang telah diberikan nama Muĥammad. Pada hari tuanya, Muĥammad ini telah menjadi bukan sahaja seorang şāliĥ, malah telah menjadi seorang guru pula kepada golongan aş-şāliĥīn di zamannya, dan telah dikenali umum sebagai al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī.

Ayah Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah meninggal dunia ketika Abū Ĥāmid al-Ghazālī berumur lebih kurang enam tahun. Setelah ayahnya meninggal dunia, beliau dan adik lelakinya yang bernama Aĥmad, telah hidup di bawah asuhan seorang sahabat ayah mereka, seorang mutaşawwif.

Si ayah ada mewasiatkan sedikit wang dengan sahabatnya itu bagi membiayai kehidupan kedua-dua orang anaknya itu. Mereka pun mula belajar membaca dan menulis daripada sahabat ayah mereka itu. Tetapi, setelah beberapa waktu berlalu, wang belanja itu telah habis.

Maka pada suatu hari, berkatalah si sahabat ayah mereka itu kepada mereka: "Ketahuilah, telah aku belanjakan segala wang yang telah diwariskan untuk engkau berdua. Dan aku ini seorang lelaki yang miskin dan sering berada di dalam kesempitan. Oleh itu, aku nasihatkan engkau berdua supaya pergi ke Ţūs dan belajar di madrasah di sana. Engkau berdua boleh menuntut ilmu pengetahuan di sana, yang dapat mendatangkan kesenangan kepada engkau berdua dan menghasilkan pangkat yang tinggi".

Madrasah yang dimaksudkan itu ialah sebuah institusi pelajaran yang diberikan nama al-Madrasah an-Niżāmiyyah. Ia telah diasaskan oleh Niżām al-Mulk, perdana menteri kepada as-Sulţān Alp Arslān (yang berketurunan Seljuq). Al-Madrasah an-Niżāmiyyah juga turut membiayai makanan, pakaian, dan juga kitab-kitab kegunaan para pelajarnya.

Niżām al-Mulk adalah seorang lelaki yang gemar kepada ilmu pengetahuan dan gemar pula bergaul dengan para cerdik pandai. Dia juga telah mendirikan beberapa madrasah, yang secara umumnya, dipanggil al-Madrasah an-Niżāmiyyah, di beberapa tempat lain di dalam empayar Kerajaan Banī al-‘Abbās (ad-Daulah al-‘Abbāsiyyah) ketika itu, seperti di Baghdād, al-Başrah, Mosul (Mauşil), Isfahan, Nīsyābūr, Merv, Balkh dan Herat.

Telah bercerita al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī mengenai sebab dia dan adiknya pergi menuntut ilmu: "Kami telah menuntut ilmu kerana ghairillāh (sesuatu selain daripada Allah, yakni al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah pergi menuntut ilmu tidaklah benar-benar ikhlas kerana Allah)... "

Maka berangkatlah dua orang adik-beradik itu ke Ţūs.

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah belajar ilmu fiqh daripada seorang 'ālim yang bernama asy-Syaikh Aĥmad ibn Muĥammad ar-Rādhakānī. Dia juga telah mempelajari ilmu nahu dan ilmu hisab, serta telah berjaya menghafal isi al-Quran. Dia lebih menggemari ilmu-ilmu yang zahir seperti ilmu fiqh, sedangkan adiknya yang bernama Aĥmad itu, sejak masa mudanya lagi sudah mula cenderung kepada ilmu tasawuf.

Kemudian, pada tahun 465 Hijrah, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah pergi ke Jurjān (di dalam bahasa Parsi disebut sebagai Gorgān dan kota lama ini terletak lebih kurang 160 kilometer dari Ţūs) dan telah belajar daripada seorang guru yang bernama asy-Syaikh Abū Naşr Ismā‘īl ibn Mas‘adah al-Ismā‘īlī.

Ketika sedang belajar di Jurjān, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī merupakan seorang pelajar yang sangat rajin. Dengan tekun, dia telah menulis setiap pelajaran yang telah dia pelajari daripada gurunya itu. Kemudian, dia telah menyalin semula nota-nota itu dan telah dikumpulkannya di bawah beberapa tajuk yang tertentu. Dia sangat menyayangi nota-notanya itu.

Setelah tamat belajar di Jurjān, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī pun pulang ke Ţūs pada tahun 470 Hijrah. Dia telah mengikat nota-nota pelajarannya itu di dalam sebuah bungkusan dan kemudian telah bertolak bersama sebuah kafilah. Di tengah-tengah perjalanan, kafilah itu telah ditahan oleh sekumpulan penyamun yang telah merampas harta setiap anggota kafilah itu.

Ketika sampai giliran al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī pula, setiap barang kepunyaannya telah digeledah dan dirampas oleh kumpulan penyamun itu. Ketika penyamun-penyamun itu menyentuh bungkusan nota-notanya, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah berkata, "Ambillah semua yang engkau mahu, tetapi jangan engkau ambil bungkusan ini."

Penyamun-penyamun itu pula telah menyangka yang bungkusan itu mungkin mengandungi harta-harta yang amat berharga. Mereka pun membuka bungkusan itu. Tetapi mereka hanya menjumpai beberapa helai kertas yang sudah bertulis. Mereka pun bertanya, "Apa ini?"

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah menjawab, "Ini adalah hasil titik peluhku. Kerananya, aku telah meninggalkan kampung halamanku agar aku dapat mendengar, menulis dan memperolehi ilmunya."

Seorang anggota kumpulan penyamun itu telah ketawa dan telah berkata, "Bagaimanakah engkau boleh mendakwa yang engkau telah memperolehi ilmunya? Andaikata kami rampas bungkusan ini, engkau akan kehilangan ilmunya. Ilmu yang tersimpan di dalam beberapa helai kertas bukanlah ilmu yang sebenar!"

Bungkusan nota-nota itu pun dikembalikan kepada al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī. Kata-kata daripada si penyamun itu telah menyebabkan al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī tersedar dan mengubah cara dia berfikir.

Beberapa tahun kemudian, ketika dia mengingati kembali peristiwa ini, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah berkata, "Kata-kata daripada lelaki itu sebenarnya adalah kata-kata yang telah digerakkan (yakni diilhamkan). Allah telah menggerakkannya untuk berkata dengan kata-katanya itu, agar aku dapat menerima petunjuk. Apabila aku sampai semula di Ţūs, aku telah bekerja keras selama tiga tahun, sehingga aku telah berjaya menghapal segala yang telah aku tulis."

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī juga telah berkata, "Sebaik-baik nasihat dan teguran yang telah menyebabkan aku mengubah cara aku berfikir, telah datang daripada seorang penyamun jalanan!"

Ketika berada di Jurjān, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah sempat bernikah, dan sepanjang hidupnya, telah dikurniakan oleh Allah dengan empat orang anak, seorang lelaki dan tiga orang perempuan. Tetapi malangnya, anak lelakinya yang bernama Ĥāmid itu, telah mati ketika masih kecil lagi.

Pada tahun 473 Hijrah, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah pergi ke al-Madrasah an-Niżāmiyyah di kota Nīsyābūr dan telah berguru dengan seorang syaikh yang sangat terkenal di waktu itu, bernama asy-Syaikh Điyā’uddīn Abū al-Ma‘ālī 'Abdul Mālik ibn ‘Abdullāh al-Juwainī. Guru ini juga dikenali umum dengan nama Imām al-Ĥaramain kerana dia pernah mengajar di Masjid al-Ĥarām di Makkah dan di Masjid an-Nabawī di al-Madīnah al-Munawwarah.

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī adalah seorang penuntut yang pintar dan disayangi pula oleh Imām al-Ĥaramain. Pernah gurunya ini memuji al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī dengan mengatakan bahawa al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī adalah umpama lautan yang tidak bertepi. Ini menandakan betapa dalam dan luasnya ilmu yang dimiliki oleh al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī. Malah telah dikatakan juga oleh beberapa orang pengkaji bahawa al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī memiliki darjah kecerdasan yang sangat tinggi, di paras genius.

Di al-Madrasah an-Niżāmiyyah di kota Nīsyābūr, tanda-tanda ketajaman otak al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī yang luar biasa itu telah mula kelihatan. Di pusat pengajian tinggi ini, dia telah belajar ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu bahasa seperti ilmu fiqh, ilmu usul, ilmu mantiq, ilmu falsafah, ilmu kalam dan ilmu perdebatan. Semua ilmu-ilmu ini telah dikuasainya dengan mudah. Dan di sini jugalah, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah mula menulis kitab-kitabnya yang banyak itu.

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī merupakan seorang ‘ālim yang gemar mempelajari bermacam-macam jenis ilmu. Ini telah diceritakan oleh al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī sendiri di dalam kitabnya yang bernama al-Munqidh Min ađ-Đalāl. "Sejak aku masih muda lagi, yakni belum pun aku mencapai umur dua puluh tahun sehingga sekarang, dan kini umurku telah melebihi lima puluh tahun, aku telah terjun ke dasar laut (yakni ilmu) yang dalam ini. Tiada aku hiraukan segala kesulitan dan telah aku kumpulkan seluruh keberanianku. Setiap jurang aku masuki sehingga aku sampai ke dasarnya. Setiap kemusykilan aku bongkar sehingga aku temui jawapannya yang jelas. Aku selidiki setiap kepercayaan dari setiap golongan. Aku korek hingga sampai ke dasar rahsia tersembunyinya. Ini semua telah aku lakukan agar aku dapat membezakan di antara yang benar dengan yang palsu, yang sunnah dengan yang bidaah. Ketika aku bertemu dengan golongan batiniah, aku telah memeriksa dengan penuh teliti segala isi ajaran mereka. Ketika aku bertemu dengan kaum zahiriah pula, aku telah menyelidiki segala isi kandungan dan selok-belok ajaran mereka. Demikianlah halnya aku teruskan dengan setiap golongan. Ketika aku bertemu dengan ahli-ahli falsafah, aku telah bergaul dengan mereka sehingga aku dapat mendalami cara pemikiran falsafah mereka. Ketika aku bertemu dengan ahli-ahli ilmu kalam, aku telah bergaul dengan mereka sehingga aku dapat mengikuti dan menyelidiki pokok-pokok pegangan hujah-hujah mereka. Begitu juga apabila aku berdamping dengan para sufi, aku telah berusaha sehingga aku dapat mengetahui rahsia-rahsia kesufian. Ketika aku bergaul dengan ahli-ahli ibadat, aku telah mengkaji kesan-kesan amal ibadat mereka itu. Dan tiadalah aku temui kaum zindiq dan kaum engkar melainkan aku telah menyelidiki sebab-sebab dan latar belakang yang telah menjadikan mereka berpegangan demikian.

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah belajar ilmu tasawuf daripada asy-Syaikh Abū 'Alī al-Fađl ibn Muĥammad al-Fārmadhī aţ-Ţūsī (dilahirkan pada tahun 409 Hijrah di Fārmadh, yang terletak di dalam daerah Ţūs), seorang 'ālim dan faqīh, yang lebih terkenal di hari tuanya sebagai seorang guru sufi. Di bawah bimbingan gurunya ini, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah mengamalkan beberapa latihan rohani, tetapi dia tidak sempat mencapai tahap kesempurnaan, kerana gurunya ini telah meninggal dunia pada tahun 477 Hijrah. (Fārmadh yang pernah dieja sebagai فارمذ pada zaman silam kini dieja dieja sebagai Fārmad فارمد)

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī juga ada bertemu dan belajar dengan beberapa orang guru sufi lain, dan salah seorang daripada mereka ialah asy-Syaikh Abū Bakr Yūsuf an-Nassāj aţ-Ţūsī. Dan di tangan guru sufi inilah, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah menerima beberapa pembukaan rohani tambahan, yang tidak sempat diterimanya semasa dia berguru dengan asy-Syaikh Abū 'Alī al-Fađl ibn Muĥammad al-Fārmadhī.

Sebenarnya, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah bertemu dahulu dengan asy-Syaikh Abū Bakr Yūsuf an-Nassāj aţ-Ţūsī sebelum bertemu dengan asy-Syaikh Abū 'Alī al-Fađl ibn Muĥammad al-Fārmadhī, dan setelah asy-Syaikh Abū 'Alī al-Fađl ibn Muĥammad al-Fārmadhī meninggal dunia, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah bertemu semula dengan asy-Syaikh Abū Bakr Yūsuf an-Nassāj aţ-Ţūsī untuk menerima ajaran-ajaran tambahan di dalam ilmu tasawuf.

Seperti keadaan asy-Syaikh Abū 'Alī al-Fađl ibn Muĥammad al-Fārmadhī, asy-Syaikh Abū Bakr Yūsuf an-Nassāj aţ-Ţūsī pernah berguru dengan asy-Syaikh Abū al-Ĥasan al-Kharqānī dan selepas itu dengan asy-Syaikh Abū al-Qāsim 'Abdullāh ibn 'Alī al-Jurjānī pula. Asy-Syaikh Abū Bakr Yūsuf an-Nassāj aţ-Ţūsī telah meninggal dunia pada tahun 487 Hijrah.

Beberapa waktu setelah Imām al-Ĥaramain meninggal dunia pada tahun 478 Hijrah, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah dijemput ke sebuah tempat bernama al-Mu‘askar untuk bertemu dengan Niżām al-Mulk.

Niżām al-Mulk telah banyak mendengar tentang keluasan dan ketinggian ilmu yang dimiliki oleh al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī. Oleh itu, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah diraikan sebagai seorang 'ālim yang besar. Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah tinggal di al-Mu‘askar selama lebih kurang enam tahun. Dia juga telah ditemukan dengan al-fuqahā' dan para pemuka ilmu yang lain. Semuanya telah mengakui akan keluasan dan ketinggian ilmu al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī.

Pada tahun 484 Hijrah, Niżām al-Mulk telah melantik al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī ke jawatan pengetua (atau boleh juga dikatakan jawatan ketua profesor) di al-Madrasah an-Niżāmiyyah di Baghdād (yang tarafnya sama dengan Universiti Islam pada hari ini).
Ini adalah satu pencapaian yang sangat tinggi, kerana dalam usia baru tiga puluh empat tahun, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah diberikan gelaran Syaikh al-Islām, yakni setinggi-tinggi pangkat dari segi akademik dan keagamaan yang rasmi.

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah menjalankan tugas barunya ini dengan baik. Dia telah menarik perhatian daripada ramai para pelajar, yang dekat mahupun yang jauh. Nama al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah menjadi sangat terkenal di waktu itu, sebagai seorang 'ālim yang sangat fasih memberikan huraian-huraian pelajaran, dan sangat pandai berdebat dengan hujah-hujah yang jitu, serta sangat luas dan dalam pula ilmunya.

Tetapi keadaan hidup selesa yang penuh dengan kemegahan ini tidak berkekalan, kerana empat tahun kemudian, pada tahun 488 Hijrah, jiwanya telah melalui satu perubahan besar. Badan jasmaninya masih sihat tetapi jiwanya telah bergolak, dalam satu keadaan tertekan yang boleh diumpamakan seperti air yang sedang menggelegak. Ini telah menyebabkannya jatuh sakit.
Perubahan fikiran dan ledakan jiwa ini adalah berpunca dari satu kesedaran bahawa selama ini, segala kejayaan yang telah dicapainya, seperti memegang jawatan pengetua di al-Madrasah an-Niżāmiyyah di kota Baghdād itu, bukanlah telah dilakukannya dengan ikhlas semata-mata kerana Allah Ta'ala, tetapi telah juga dicampuri dengan sebab-sebab duniawi.
Sebuah kitab tulisan al-Ghazālī
Telah bercerita al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī di dalam kitabnya yang bernama al-Munqidh Min ađ-Đalāl:

Telah menjadi nyatalah kepadaku bahawa aku tidak akan mencapai kebahagian akhirat, melainkan dengan bertaqwa, dan juga mengekang kehendak nafsu. Dan yang utama sekali ialah memotong tali ikatan hati kepada dunia, dengan meninggalkan negeri yang penuh tipu daya ini, dan kembali ke negeri yang kekal abadi. Dan mengadap kepada Allah Ta‘ala dengan sepenuh hati. Dan ini tidak akan tercapai, melainkan dengan membuangkan dahulu segala kemegahan dan kekayaan, serta menjauhkan diri dari segala kesibukan dan tuntutan dunia (al-'alā'iq). Kemudian aku telah memeriksa keadaan diriku sendiri. Maka aku dapati rupa-rupanya aku telah terperangkap di dalam jaring pada setiap arah. Dan apabila aku periksa pula pekerjaanku di dalam memberi kuliah dan ceramah, rupa-rupanya aku telah berkecimpung di dalam ilmu-ilmu yang tidak penting, dan tidak bermanfaat di jalan akhirat. Setelah itu, aku berfikir pula tentang niatku di dalam memberi kuliah. Nyatalah, aku tidak ikhlas kerana wajah Allah Ta'ala. Malah, pembangkit dan pendorongku yang sebenar ialah mencari kemegahan dan kemasyhuran yang luas. Maka, aku pun yakin yang aku sedang berada di pinggir satu jurang yang merbahaya. Dan aku akan segera terjunam ke dalam api neraka, melainkan aku perbaiki keadaan diriku terlebih dahulu.

Perasaan jiwanya yang bergolak-golak ini, seakan-akan sedang meronta-ronta melawan fikiran akalnya sendiri. Dan ini merupakan satu tekanan jiwa yang amat berat dirasakan oleh al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī.



Sebuah kitab tulisan al-Ghazālī

Telah bercerita lagi al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī: Tiadalah aku berhenti daripada berfikir akan keadaanku dan jalan mana yang akan aku pilih. Hatiku masih berbolak-balik. Pada suatu hari, aku telah berazam untuk meninggalkan Baghdād, dan melepaskan diriku daripada keadaan hidup harian itu. Tetapi, pada keesokan harinya, aku telah membatalkan keputusan itu. Seolah-olah, sebelah kakiku telah melangkah ke hadapan, tetapi yang sebelah lagi telah mundur pula ke belakang! Di pagi hari, aku telah bertekad untuk menuntut akhirat, tetapi di petang hari, tentera hawa nafsu telah datang menyerang, dan telah menghancurkannya. Syahwat dunia telah mengurungku, dan memaksa aku tetap kekal sahaja di situ, sedangkan suara keimanan telah menyeru kepadaku, “Kembaralah! Kembaralah! Tiadalah umurmu melainkan tinggal sedikit sahaja, sedangkan di hadapanmu adalah perjalanan yang jauh. Tiadalah engkau kumpulkan segala ilmu dan amal melainkan semuanya adalah riyak dan palsu belaka. Jika sekarang engkau masih belum bersiap sedia untuk akhirat, bilakah masanya engkau akan bersiap sedia? Jika sekarang engkau tidak putuskan tali belenggu itu, bilakah masanya untuk memutuskannya?” Dan ketika seruan seperti ini bangkit, maka azam dan tekadku pun naik berkobar-kobar, rela menghadapi setiap cabaran dan rintangan. Tetapi kemudian, datang semula syaitan dan berbisiklah dia, “Ini adalah satu perkara yang mengganggu-ganggu sahaja, jika engkau menyerah kepadanya. Biarkan sahaja. Ia akan hilang dengan segera. Jika engkau turuti ajakannya, lalu engkau tinggalkan pula segala kemegahan pangkat, serta keadaan yang baik ini, yang bebas daripada sebarang kesulitan, serta keadaan aman sejahtera yang bersih daripada perselisihan dan permusuhan, dan jika engkau turutinya, engkau akan menyesal, dan engkau akan menanggung kesukaran. Engkau tidak akan dapat kembali kepada keadaan senang seperti sebelumnya.” Dan berterusanlah keadaanku ini, di mana aku berada di antara tarikan syahwat dunia, dan tarikan panggilan akhirat. Ia berpanjangan selama hampir enam bulan, bermula dari bulan Rejab tahun 488 Hijrah. Pada bulan itu, aku telah berasa sudah tidak lagi berdaya, tiada lagi ikhtiarku, terpaksa menyerah sahaja. Allah telah mengunci lidahku, sehingga aku tidak dapat mengajar. Pada suatu hari, aku gagahi juga diriku untuk menyampaikan kuliah agar dapat menggembirakan hati para pelajarku. Tetapi lidahku telah menjadi kelu. Aku tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Benar-benar tidak berdaya. Dan keadaan bisu ini telah membuatku berdukacita, sehingga telah menjejaskan kekuatan pencernaan di perutku, dan menyekat makanan dan minumanku. Roti yang dicecah kuah pun tidak dapat aku kunyah, dan tidak dapat aku telan makanan walaupun sesuap. Aku menjadi semakin lemah, sehingga para doktor yang merawatiku pun telah berputus asa, dan telah berkata mereka, “Perkara in berpunca dari kalbu. Dari situ, ia telah merebak hingga ke seluruh badan. Dan tiada cara untuk mengubatinya, melainkan melaluinya juga. Buangkanlah rahsia yang telah menghasilkan segala duka nestapa ini.” Akhirnya, setelah menyedari akan betapa lemahnya diriku, setelah kehabisan segala ikhtiarku, aku pun berserah bulat-bulat kepada Allah Ta‘ala. Dia telah memperkenankan doaku, kerana Dialah Tuhan yang memperkenankan doa orang yang terdesak, apabila orang itu berdoa kepadaNya. Kini, menjadi ringanlah bagi hatiku untuk meninggalkan segala kemegahan, kekayaan, anak-anak dan rakan-rakan.

Oleh itu, pada bulan Zulkaedah tahun 488 Hijrah, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī telah meletakkan jawatannya sebagai pengetua di al-Madrasah an-Niżāmiyyah di Baghdād, dan telah mengambil keputusan untuk meninggalkan Baghdād dan menjadi seorang pengembara. Dia telah meminta adiknya, yakni asy-Syaikh Aĥmad al-Ghazālī, mengambil alih jawatannya itu.

Al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī kemudian telah mewaqafkan segala harta benda kepunyaannya, selain daripada sebahagian yang telah diketepikan untuk nafkah menyara hidup keluarganya, dan juga untuk dibuat bekal perjalanannya itu. Dan untuk mengelakkan daripada terjadi sebarang syak wasangka atau kekecohan, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī hanya mengumumkan yang dia akan berangkat ke Makkah al-Mukarramah untuk menunaikan ibadat haji.

Setelah meninggalkan Baghdād, al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī pun menuju ke Syria dan telah menetap di kota Damaskus selama dua tahun. Dia juga telah banyak menghabiskan masanya duduk beriktikaf di Masjid Jamik al-Umawī di kota Damaskus. Ada kalanya dia akan naik ke menara masjid itu, dan selepas menguncikan pintunya, akan duduk berseorangan diri di sebuah sudut sepanjang hari. Dan pada hari ini pula, sudut itu telah diberikan nama panggilan Sudut al-Ghazāliyyah, untuk memperingati tempat di mana al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī pernah duduk beriktikaf di kala itu. (Sebelum itu, Sudut al-Ghazāliyyah telah dikenali dengan nama Sudut asy-Syaikh Naşr al-Maqdisī.)

Kitab-kitab yang telah ditulis oleh beliau adalah amat banyak sekali dan telah dianggarkan melebihi 200 buah. Namun, yang masih kekal hingga ke hari ini hanyalah lebih kurang 50 buah sahaja.

Kebanyakan daripada kitab-kitab ini telah ditulis di dalam bahasa Arab, dan ada juga yang telah ditulis di dalam bahasa Parsi. Di antara kitab-kitab al-Imām Abū Ĥāmid al-Ghazālī yang lebih terkenal di negara Malaysia ialah:
ar-Risālah al-Ladunniyyah;
al-Munqidh Min ađ-Đalāl;
Bidāyah al-Hidāyah;
Minhāj al-‘Ābidīn;
Mīzān al-'Amal;
Kīmiyā' as-Sa'ādah;
Misykāh al-Anwār; dan
Iĥyā' 'Ulūmiddīn.
beliau juga salah satu tokoh favorit kebanyakan tokoh tokoh islam yang ahli dalam ilmu hikmah (hukama') seperti: gus makshum,kyai muhammad mughits dan lain lain.

artikel lainnya:
read more

kyai muhammad mughits

kyai muhammad mughits (lahir di probolinggo 1983) adalah seorang tokoh muda yang memimpin pesantren dan banyak mengisi pengajian dan aktif di ormas ormas islam di daerahnya.
kyai muhammad mughits populer dengan ilmu hikmahnya dan ketenaran ayahnya (kyai haji ahmad siroj munir)
mulai tahun 2003 beliau mengasuh pesantren sirojul ibad yang berada didaerah alaskandang besuk lalu pada tahun 2005 di jemput oleh kh.ahmad siroj munir untuk menjadi pengasuh di pesantren induk (pesantren sirojul islam).
seperti kyai salaf lainnya beliau juga memberi ijazah amalan amalan,wiritan dan hizb
kitab kitab pengambilannya di antaranya:
kitab syamsul ma'arif
kitab manbau ushulil hikmah
kitab al awfaq
kitab asrorul jalilah (karangan kyai haji ahmad siroj munir)
kitab khazinatul asrar
kitab syumusul anwar
kitab assirrul jalil
dan kitab kitab yang lain
kyai muhammad mughits pernah menuntut ilmu dipondok pesantren hidayatus salafiyah pasuruan dan juga pernah mengaji kepada kyai 'asadi jember.
ilmu yang paling di sukai adalah ilmu qiroatul qur'an dan hikmah.
dari sumber lain beliau sangat menyukai ilmu ushulut tafsir
ke ahlian yang menonjol diantaranya:

  • mengobati orang sakit
  • melancarkan usaha
  • memberi ijazah kekebalan dll.
biasanya para tamunya diberi keminnyan atau air kadang juga azimah.
kyai muhammad mughits juga menjadi pengurus di NU dan IU.
beliau mengajar tiap hari di madrasah diniyah dan mengajar dimalam hari di pesantren sirojul islam dan di sebagian desa desa sekitar pondok pesantren sirojul islam.

karna masih kekurangan data,saya tidak bisa menguraikan lebih banyak lagi
semoga manfaat.
artikel terkait:

alhabib muhammad bin ahmad
pengertian biografi
biografi al imam al ghazali
kyai muhammad mughits
Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah
Biografi Kh Ahmad dahlan
KH. Abdullah Faqih
Biografi Kyai Abdul Hamid Pasuruan
biografi gus dur
kyai haji ahmad siroj munir
read more

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 – meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, da’wah beliau dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.
Ayah KH Abdul Wahab Hasbullah adalah Kyai Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Fatimah.
Beliau juga seorang pelopor dalam membuka forum diskusi antar ulama, baik di lingkungan NU, Muhammadiyah dan organisasi lainnya. Ia belajar di Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona R. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy‘ari. Disamping itu, Kyai Wahab juga merantau ke Makkah untuk berguru kepada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dengan hasil nilai istimewa.

KH. A. Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan Umat Islam Indonesia, khususnya di lingkungan nahdhiyyin. KH. A. Wahab Hasbullah merupakan seorang ulama besar Indonesia. Beliau merupakan seorang ulama yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu kyai Abdul Wahab Hasbullah membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1941.

Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dan topik-topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.

Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional sekaligus jembatan bagi komunikasi antara generasi muda dan generasi tua. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak, maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Bersamaan dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, Kyai Abdul Wahab Hasbullah bersama KH. Mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) yang mendapatkan kedudukan badan hukumnya pada 1916. Dari organisasi inilah Kyai Abdul Wahab Hasbullah mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang kurang-lebih sealiran dengannya. Di antara ulama yang berhimpun itu adalah Kyai Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), Kyai Abdul Halim, (Leimunding Cirebon), Kyai Alwi Abdul Aziz, Kyai Ma’shum (Lasem) dan Kyai Cholil (Kasingan Rembang). Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori Kyai Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting beliau kepada kaum muslimin Indonesia. Kyai Wahab telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman.

Pernah suatu ketika Kyai Wahab didatangi seseorang yang meminta fatwa tentang Qurban yang sebelumnya orang itu datang kepada Kyai Bisri Syansuri. “Bahwa menurut hukum Fiqih berqurban seekor sapi itu pahalanya hanya untuk tujuh orang saja”, terang Kyai Bisri. Akan tetapi Si Fulan yang bertanya tadi berharap anaknya yang masih kecil bisa terakomodir juga. Tentu saja jawaban Kyai Bisri tidak memuaskan baginya, karena anaknya yang kedelapan tidak bisa ikut menikmati pahala Qurban. Kemudian oleh Kyai Wahab dicarikan solusi yang logis bagi Si Fulan tadi. “Untuk anakmu yang kecil tadi belikan seekor kambing untuk dijadikan lompatan ke punggung sapi”, seru kyai Wahab.

Dari sekelumit cerita di atas tadi, kita mengetahui dengan jelas bahwa seni berdakwah di masyarakat itu memerlukan cakrawala pemikiran yang luas dan luwes. Kyai Wahab menggunakan kaidah Ushuliyyah “Maa laa yudraku kulluh, laa yutraku julluh”, Apa yang tidak bisa diharapkan semuanya janganlah ditinggal sama sekali. Di sinilah peranan Ushul Fiqih terasa sangat dominan dari Fiqih sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Wahab_Hasbullah
read more

Biografi Kh Ahmad dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah nama popular sebagai pendiri organisasi Islam Muhammadiyah sekaligus pahlawan nasional yang banyak berjasa dibidang pendidikan modern di Indonesia. Ia dilahirkan tanggal 23 Februari 1923 putra Kh Abu Bakar (seorang ulama dan khatib terkemuka Masjid Kesultanan Yogyakarta). Kh Ahmad Dahlan lahir dari keluarga Kiyai, terpelajar dan tergolong kaum ningrat Jawa. Kh Ahmad Dahlan berasal dari garis keturunan Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Pola pemikiran Kh Ahmad Dahlan banyak dipengaruhi pemikiran Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah ketika Ia tinggal dan belajar selama lima tahun di Mekkah dan berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan. Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat, Dahlan dengan mudah diterima dan dihormati di kalangan masyarakat, sehingga ia mendapat tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan mendapatkan tentangan baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.

Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921. Sampai saat ini Muhammadiyah terus berkembang dan menjadi organisasi Islam modern yang mengembangkan sistem pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Muhammadiyah juga berkembang menjadi organisasi Islam terbesar kedua setelah NU.
 Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Kisah hidup dan perjuangan Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadyah diangkat ke layar lebar dengan judul Sang Pencerah karya sutradara Hanung Bramantio. Film ini bercerita tentang perjuangan dan semangat patriotisme anak muda dalam merepresentasikan pemikiran-pemikirannya yang dianggap bertentangan dengan pemahaman agama dan budaya pada masa itu, dengan latar belakang suasana Kebangkitan Nasional.

Thanks to wikipedia
read more

KH. Abdullah Faqih

Pondok Pesantren Langitan itu berada di bawah jembatan jalan raya Babat Lamongan jurusan Tuban, Jawa Timur. Tepatnya di Desa Widang. Sepintas, dari jalan raya memang tidak tampak pesantren, karena tertutup perkampungan. Tapi begitu masuk, terasalah denyut kehidupan pesantren yang berada di atas areal sekitar 6 hektar itu.

Meskipun termasuk pesantren salaf, kebersihan lingkungannya tampak sangat terjaga. Apalagi, beberapa pohon mangga dan jambu dibiarkan tumbuh subur, hingga memberi rasa teduh. Agak masuk ke dalam, ada sebuah rumah kecil terbuat dari kayu berwarna janur kuning, sederet dengan asrama santri dan rumah pengasuh lain. Di situlah KH Abdullah Faqih (67), tokoh yang sangat disegani di kalangan NU, tinggal.

Di belakang rumah itu memang ada bangunan berlantai dua. Tapi, menurut keterangan salah seorang santrinya, gedung itu untuk tinggal putri-putrinya. “Kiai sendiri tetap tinggal di di rumah kayu itu,” kata santri yang tak mau disebut namanya.

Berukuran sekitar 7×3 meter, di dalamnya ada seperangkat meja kursi kuno dan dua almari berisi kitab-kitab. Lantainya dilambari karpet. Ada juga kaligrafi dan dua jam dinding. Itu saja. Dan di situ pula Kiai Faqih —panggilan akrabnya— menerima tamu-tamunya. Baik dari kalangan bawah, pengurus NU, maupun pejabat. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU, juga termasuk tokoh yang rajin sowan ke Kiai Faqih.

Di kalangan NU dikenal istilah kiai khos atau kiai utama. Ada syarat tertentu sebelum seorang kiai masuk kategori khos. Antara lain, mereka harus mempunyai wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual yang tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan-keinginan duniawi. Dengan kata lain, mereka sudah memiliki kemampuan waskita. Nah, Kiai Faqih termasuk dalam kategori kiai waskita itu. Tentu saja organisasi sebesar NU punya banyak kiai khos. Tapi, Kiai Faqihlah yang kerap jadi rujukan utama di kalangan Nahdliyin, terutama menyangkut kepentingan publik. Kiai Faqih lahir di Dusun Mandungan Desa Widang, Tuban. Saat kecil ia lebih banyak belajar kepada ayahandanya sendiri, KH Rofi’i Zahid, di Pesantren Langitan. Ketika besar ia nyantri pada Mbah Abdur Rochim di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tapi tidak lama.

Sebagaimana para kiai tempo dulu, Faqih juga pernah tinggal di Makkah, Arab Saudi. Di sana ia belajar kepada Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ayahnya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Rupanya selama di Arab Saudi Faqih punya hubungan khusus dengan Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Buktinya, setiap kali tokoh yang amat dihormati kalangan kiai di NU itu berkunjung ke Indonesia, selalu mampir ke Pesantren Langitan. “Sudah 5 kali Sayid Muhammad ke sini,” tambah salah seorang pengurus Langitan.

Pesantren Langitan memang termasuk pesantren tua di Jawa Timur. Didirikan l852 oleh KH Muhammad Nur, asal Desa Tuyuban, Rembang, Langitan dikenal sebagai pesantren ilmu alat. Para generasi pertama NU pernah belajar di pesantren yang terletak di tepi Bengawan Solo yang melintasi Desa Widang (dekat Babat Lamongan) ini. Antara lain KH Muhammad Cholil (Bangkalan), KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Syamsul Arifin (ayahnya KH As’ad Syamsul Arifin), dan KH Shiddiq (ayahnya KH Ahmad Shiddiq).

Kiai Faqih (generasi kelima) memimpin Pesantren Langitan sejak l971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid yang meninggal dunia karena usia lanjut. Kiai Faqih didampingi KH Ahmad Marzuki Zahid, yang juga pamannya.

Di mata para santrinya, Kiai Faqih adalah tokoh yang sederhana, istiqomah dan alim. Ia tak hanya pandai mengajar, melainkan menjadi teladan seluruh santri. Dalam shalat lima waktu misalnya, ia selalu memimpin berjamaah. Demikian pula dalam hal kebersihan. “Tak jarang beliau mencincingkan sarungnya, membersihkan sendiri daun jambu di halaman,” tutur Choirie yang pernah menjadi santri Langitan selama 7 tahun.

Meski tetap mempertahankan ke-salaf-annya, pada era Kiai Faqih inilah Pesantren Langitan lebih terbuka. Misalnya, ia mendirikan Pusat Pelatihan Bahasa Arab, kursus komputer, mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Dalam hal penggalian dana, ia membentuk Badan Usaha Milik Pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel.

Lebih dari itu lagi, ayah 12 orang anak buah perkawinannya dengan Hj Hunainah ini juga mengarahkan pesantrennya agar lebih dekat dengan masyarakat. Di antaranya ia mengirim da’i ke daerah-daerah sulit di Jawa Timur dan luar Jawa. Setiap Jum’at ia juga menginstruksikan para santrinya shalat Jum’at di kampung-kampung. Lalu membuka pengajian umum di pesantren yang diikuti masyarakat luas.

Dalam hubungan dengan pemerintah Orde Baru, Kiai Faqih sangat hati-hati. Meski tetap menjaga hubungan baik, ia tidak mau terlalu dekat dengan penguasa, apalagi menengadahkan tangan minta bantuan, sekalipun untuk kepentingan pesantrennya. Bahkan, tak jarang, ia menolak bantuan pejabat atau siapapun, bila ia melihat di balik bantuan itu ada `maunya’. Mungkin, karena inilah perkembangan pembangunan fisik Langitan termasuk biasa-biasa saja. Moeslimin Nasoetion, saat menjabat Menteri Kehutanan dan Perkebunan dan berkunjung ke Langitan pernah berucap, “Saya heran melihat sosok Kiai Abdullah Faqih. Kenapa tidak mau membangun rumah dan pondoknya? Padahal, jika mau, tidak sedikit yang mau memberikan sumbangan.”

Tetapi bila terpaksa menerima, ini masih kata Effendy Choirie, bantuan itu akan dimanfaatkan fasilitas umum di mana masyarakat juga turut menikmatinya. Kiai Faqih, kata Choirie, juga tak pernah mengundang para pejabat bila pesantrennya atau dirinya punya hajat. “Tetapi kalau didatangi, beliau akan menerima dengan tangan terbuka,” tambah Choirie yang pernah menggeluti profesi wartawan ini.
Sumber: warnadunia.com
read more

Biografi Kyai Abdul Hamid Pasuruan



Kyai Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar Basyaiban BaAlawi dilahirkan di Lasem, Rembang, Jawa Tengah tahun 1333.H, dilahirkan dengan nama kecil “Abdul Mu`thi”. sejak kecil beliau dibimbing oleh Ayahanda beliau, setiap hari beliau mengaji di mushola yang terletak persis di samping rumah beliau.

Naik Haji
Suatu ketika KH.Siddiq singgah di Lasem dan langsung mengajak Kyai Hamid menunaikan ibadah haji dan ziarah ke makam Rasululloh SAW. Sepulang dari Makkah pada usia 15 tahun beliau dipondokan ke pondok pesantren Tremas, pacitan.

Mondok di Tremas
Pada periode Tremas inilah potensi spiritual kyai Hamid mulai terasa. kecemerlangan spiritualnya membuat kagum banyak pihak, hingga tidak sedikit kawan beliau menjadkan kyai Hamid sebagai guru, dan mengikuti jejak beliau ke Pasuruan.

Menikah di Pasuruan
kyai Hamid dinikahkan degan putri Kyai Ahmad Qusairy kebonsari pasuruan. dan sejak itu beliau tinggal dan menetap di Pasuruan. kehidupan Kyai Hamid teramat sederhana, beliau bekerja sebagai guru ngaji dan juga sebagai belantik. pekerjaan belantik itu di daerah bangil dengan jarak kurang lebih 15 km sebelah Barat Pasuruan. setiap hari beliau ke sana dnegan menggunakan sepeda, beliau menjalani itu semua dengan tabah. sampai sampai beliau hanya mempunyai satu sarung yang sudah menerawang sangking tuanya sehingga setiap sholat beliau menutupinya dengan sorban.

Berguru pada Habib Ja`far
Periode pasuruan adalah periode emas dari perjalanan spiritual beliau. disinilah beliau mulai dan mungkin mengasah diri dengan pancaran ruhhul ilahiyah yang begitu cemerlang. di Pasuruan ini pula beliau semakin mendekatkan diri pada kalangan ulama dan habaib kususnya dengan Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf pasuruan yang merupakan guru utama beliau. bersama habib ja`far inilah potensi spiritual beliau semakin terasa, hal ini diakui oleh habib ja`far bahwa dibanding murid yang lain, kyai hamid memiliki keunggulan tersendiri yang sangat sulit dicapai oleh orang lain. kekaguman dan kepercayaan habib ja`far diwujudkan dengan dipercayakanya Kyai Hamid untuk menjadi imam sholat Maghrib dan isya` di kediaman habib ja`far, meski demikian kyai hamid tetap tidak mengurangi takzim beliau kepada sang guru, begitu merendahnya kyai hamid dihadapan habib ja`far ibarat penda ditangan pemiliknya, Pena tidak akan bergerak jika tidak digerakan pemiliknya, demikian juga kyai hamid keberadaanya seakan hilang dan menyatu dengan habib ja`far. keunggulan kyai hamid di bidang keilmuan mungkin dapat diungguli oleh orang lain, namun dua hal menjadi kelebihan tesendiri bagi kyai hamid adalah sifat zuhud dan tawadhu yang jarang dimiliki oleh orang lain. bahkan ketika habib ja`far wafat ketika ziaroh ke makam habib ja`far kyai hamid sangking takzimnya dan tawadu nya tidak berani duduk lurus pada posisi kepala tapi selalu duduk pada posisi kaki habib ja`far. inilah sifat tawaddhu beliau yang sangat tinggi.

Isyarat Kewalian
tidak lama setelah wafatnya habib ja`far semakin tampak pancaran kemuliaan kyai hamid. nampaknya beliau mewarisi asror habib ja`far sebagai waliyulloh, hal ini ada yang melihat pulung atau ndaru yang cemlorot di malam hari berpindah dari rumah habib ja`far ke daerah pondok pesantren salafiyah tempat kyai hamid tinggal.

Beberapa Karomah Kyai Hamid
suatu ketika ada seseorang meminta nomertogel apda kyai hamid. oleh kyai hamid diberi dengan syarat jika dapat uangnya harus dibawa kehadapan kyai hamid. dan oleh orang tersebut dipasanglah nomer tersebut dan menang. uangnya dibawa kehadapan kyai hamid. oleh kyai uang tersebut dimasukan ke dalam Bejana dan disuruh melihat apa isinya. dan terlihat isinya darah dan belatung. kyai hamid berkata ”tegakah saudara memberi makan anak istri saudara dengan darah dan belatung?”. orang tersebut menangis dan pulang kemudian bertobat.

setiap pergi ke manapun kyai hamid selalu didatangi oleh umat, yang berduyun duyun meminta doa padanya. bahkan ketika naik haji ke mekkah pun banyak orang tak dikenal dari berbagai bangsa yang datang dan berebut mencium tangannya. darimana orang tau tentang derajat kyai Hamid? mengapa orang selalu datang memuliakanya? konon inilah keistimewaan beliau, beliau derajatnya ditinggikan oleh Allah SWT.

pada suatu saat orde baru ingin mengajak kyai hamid masuk partai pemerintah. kyai hamid menyambut ajakan itu dengan ramah dan menjamu tamunya dari kalangan birokrat itu. ketika surat persetujuan masuk partai pemerintah itu disodorkan bersama pulpennya, kyai hamid menerimanya dan menandatanganinya. anehnya pulpennya tak bisa keluar tinta, diganti polpen lain tetap tak mau keluar tinta. ahirnya kyai hamid berkata “bukan saya lo yang gak mau, bolpointnya yang gak mau”. itulah kyai hamid dia menolak dengan cara yang halus dan tetap menghormati siapa saja yang bertamu kerumahnya.

Akhir Hayat
8 rabiul awal 1403.H, sehari sebelum beliau wafat, bertepatan dengan acara haul ayahanda beliau kyai abdulloh bin umar, beliau menyempatkan diri ke lasem dan datang ke rumah gede, tempat dimana beliau dilahirkan. tidak seperti biasanya beliau sholat 2 rakaat didekat tiang utama lalu memimpin masyarakat sekitar yang datang untuk bertahlil seperti mengantar jenazah ke kuburan. tanggal 9 rabiul awal 1403,H. beliau berpulang ke rahmatulloh, umatpun menangis, gerak kehidupan di pasuruan seakan terhenti, bisu oleh luka yang dalam, puluhan bahkan ratusan ribu orang membanjiri pasuruan, memenuhi relung relung masjid agung al anwar danAlun alun serta memadati gang gang dan ruas jalan didepannya. beliau dimakamkan di turba belakang masjid agung al anwar pasuruan. ribuan umat selalu menziarahinya setiap waktu mengenang jasa dan cinta beliau kepada umat.

Ijazah-Ijazah
Seperti kebanyakan para kiai, Kiai Hamid banyak memberi ijazah (wirid) kepada siapa saja. Biasanya ijazah diberikan secaara langsung tapi juga pernah memberi ijazah melalui orang lain. Diantara ijazah beliau adalah:
1. Membaca Surat Al-Fatihah 100 kali tiap hari. Menurutnya, orang yang membaca ini bakal mendapatkan keajaiban-keajaiban yang tak terduga. Bacaan ini bisa dicicil setelah sholat Shubuh 30 kali, selepas shalat Dhuhur 25 kali, setelah Ashar 20 kali, setelah Maghrib 15 kali dan setelah Isya’ 10 kali.
2. Membaca Hasbunallah wa ni’mal wakil sebanyak 450 kali sehari semalam.
3. Membaca sholawat 1000 kali. Tetapi yang sering diamalkan Kiai Hamid adalah shalawat Nariyah dan Munjiyat.
4. Membaca kitab Dala’ilul Khairat. Kitab ini berisi kumpulan shalawat.
read more

biografi gus dur

Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau "Sang Penakluk", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.

Gus Dur juga diajarkan membaca buku non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.

Pada 1957, setelah lulus SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).

Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.

Pada 1963, Wahid menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, namun tidak menyelesaikannya karena kekritisan pikirannya.

Gus Dur lalu belajar di Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.

Dia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui di sini. Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.

Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.

LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.

Saat inilah dia memprihatinkan kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat.

Dia kemudian batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.

Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.

Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang.

Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas. Satu tahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.

Pada 1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi.

Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU dan ditolaknya. Namun, Gus Dur akhirnya menerima setelah kakeknya, Bisri Syansuri, membujuknya. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur juga memilih pindah dari Jombang ke Jakarta.

Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya pada pemilihan umum legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), gabungan empat partai Islam termasuk NU.

Reformasi NU

NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Pada 2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan memintanya mengundurkan diri. Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan Idham untuk mundur tidak konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur.

Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu ini.

Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.

Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di bawahnya.

Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar.

Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto.

Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi sekolah sekular.

Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim.

Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat.

berisi anggota NU begitu tiba di Jakarta. Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.

Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan diri untuk masa jabatan ketiga. Kali ini Soeharto menentangnya. Para pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko, berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur.

Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat ABRI, selain usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU priode berikutnya.

Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang popularitasnya tinggi berencana tetap menekan Soeharto.

Gus Dur menasehati Megawati untuk berhati-hati, tapi Megawati mengacuhkannya sampai dia harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markasnya diambilalih pendukung Ketua PDI dukungan pemerintah, Soerjadi.

Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU. Desember tahun itu juga dia bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Juli 1997 merupakan awal krisis moneter dimana Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi itu. Gus Dur didorong melakukan gerakan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun terkena stroke pada Januari 1998.

Pada 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama delapan pemimpin komunitas Muslim, dipanggil Soeharto yang memberikan konsep Komite Reformasi usulannya. Gus Dur dan delapan orang itu menolak bergabung dengan Komite Reformasi.

Amien, yang merupakan oposisi Soeharto paling kritis saat itu, tidak menyukai pandangan moderat Gus Dur terhadap Soeharto. Namun, Soeharto kemudian mundur pada 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto. Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah lahirnya partai politik baru, dan pada Juni 1998, komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru.

Baru pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide itu karena mendirikan partai politik adalah satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Partai itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presidennya.

Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDIP memenangkan 33% suara. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.

Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang memberikan Aceh referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti di Timor Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.

Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.

Ia juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sementara dia juga menjadi tokoh pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya.

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri.

Pada Pemilu April 2004, PKB memperoleh 10.6% suara dan memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis dan KPU menolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Di Pilpres putaran dua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur golput.

Agustus 2005, Gus Dur, dalam Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu bersama Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama dalam soal pencabutan subsidi BBM.

Kehidupan pribadi

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

Yenny aktif berpolitik di PKB dan saat ini adalah Direktur The Wahid Institute.

Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, diantarnya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.

Sebelum wafat dia harus menjalani cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Surabaya usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.

Penghargaan

Pada 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial.

Dia ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004.

Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.

Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli persoalan HAM.

Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas.

Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.

Gus Dur memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan, yaitu:

- Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)

- Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)

- Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)

- Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)

- Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)

- Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)

- Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)

- Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)

- Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)

- Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)

Referensi :

- http://www.antaranews.com/berita/1262186533/biografi-gus-dur

Bahkan pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU.

Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi mengusir bus
read more

3 cara membuat scroll

untuk membuat scroll ada banyak cara/kode,dari kode kode yang bisa gampang didapat digoogle saya mempunya 3 macam kode yang bisa membuat lebih rapi pada blog dengan 3 macam scroll/
kode pertama:

<span><span style="font-style: italic;"><span style="font-style: italic;"><div style="height: 100px; width: 400px; font: 16px/26px Georgia,Garamond,Serif; overflow: scroll;">Masukan Tulisan atau gambar di sini
</div>
</span></span></span>

hasilnya:


<span><span style="font-style: italic;"><span style="font-style: italic;"><div style="height: 100px; width: 400px; font: 16px/26px Georgia,Garamond,Serif; overflow: scroll;">Masukan Tulisan atau gambar di sini
</div>
</span></span></span>

kode ke2:


<div style="overflow:auto; padding:5px; width:170px; height:70px; background-color: rgb(255, 255, 255); border:1px solid #ccc;">Tambahkan teks atau kode script disini</div>




hasilnya seperti ini:

<div style="overflow:auto; padding:5px; width:170px; height:70px; background-color: rgb(255, 255, 255); border:1px solid #ccc;">Tambahkan teks atau kode script disini</div>



yang ke3:


<div align="center">
<table width="190" border="1">
<tr> <th colspan="90%" scope="col">JUDUL KOTAK</th></tr><tr><td><div style="font-family:arial;font-size:12px; overflow: scroll; width: 190px; height: 90px;"><div style="text-align: center; width: 100%; padding: 0 px; overflow: hidden;">TULISAN ANDA</div></div></td></tr>
</table>
</div>
hasilnya:



JUDUL KOTAK
<div align="center">
<table width="190" border="1">
<tr> <th colspan="90%" scope="col">JUDUL KOTAK</th></tr><tr><td><div style="font-family:arial;font-size:12px; overflow: scroll; width: 190px; height: 90px;"><div style="text-align: center; width: 100%; padding: 0 px; overflow: hidden;">TULISAN ANDA</div></div></td></tr>
</table>
</div>


gampangkan?selamat mencoba

read more